Minggu, 30 November 2008

Bordir - Embroideries

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Comics & Graphic Novels
Author:Marjane Satrapi
Penerjemah : Tanti Lesmana
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Maret 2006
Tebal : 136 halaman

Embroideries adalah buku karya Marjane Satrapi kedua yang saya baca. Sebelumnya saya beruntung memperoleh buku Revolusi Iran, Dongeng seorang anak ditumpukan buku bekas di Pasar Buku Palasari.

Jika dalam Dongeng seorang anak, cerita-cerita yang disajikan cukup "kelam", bagaimana Marji kecil menghadapi revolusi Iran, dalam Embroideries (diterjemahkan menjadi Bordir) dibahas kisah lucu sekaligus getir yang terjadi di antara para wanita Iran tersebut.

Dibuka dengan makan siang bersama di rumah keluarga Marji, setelah makan siang, para pria tidur siang. sementara para wanita bebenah dan dilanjutkan dengan menikmati teh sambil berdiskusi (baca :bergossip) atau menurut istilah nenek Marji adalah
"membicarakan orang di belakang punggung mereka berguna untuk melepaskan unek-unek"

Bersamaan dengan dihidangkannya sajian teh sore, dimulailah acara "melepas unek-unek" ini.

Dimulai dengan cerita nenek Marji yang menceritakan tentang Nahid, temannya yang ketakutan setengah mati karena kehilangan keperawanan sebelum menikah, sedangkan 3 minggu lagi ia akan menikah, dan nenek Marji yang cerdas memberikan ide untuk mengelabui calon suami Nahid. Lanjutan ceritanya...ditanggung membuat terpingkal-pingkal.

Setelah itu mengalirlah berbagai cerita (bahkan unek-unek) dari ibu, bibi, teman dan tetangga Marji mengenai masalah cinta, jodoh, suami, selingkuh, operasi plastik, pengalaman jadi wanita simpanan, bahkan hingga urusan perdukunan dan tentu saja....Bordir...
Bordir di sini sempat membuat saya kecele (dari judul dan gambar sampulnya tentu) karena bordir di sini bukan bordir membordir kain tentunya....ah...baca sendiri saja lah

Semua ini tentu saja disajikan dalam bentuk gambar yang menarik khas Marjane Satrapi. Gambar hitam putih tapi bisa menggambarkan emosi para wanita dalam bincang-bincang ini
Membaca buku ini mengingatkan saya pada bincang-bincang dengan ibu-ibu di kampung saya...juga ibu-ibu di sekolah Tio, juga ibu-ibu kelompok arisan lain...sepertinya masalah yang dihadapi perempuan dimana pun sama saja...di Iran, di kampung Cijawura, di kota Bandung atau di mana saja. Lucu sekaligus getir...tapi inilah hidup.

Seperti apa kata nenek Marji di akhir cerita
"Begitulah yg namanya hidup! Kadang kau yang menunggangi kuda, kadang kuda yang menunggangimu"

Marjane Satrapi dilahirkan di Iran, yang juga merupakan keturunan Nasser al-Din Shah, Shah Persia (1848-1896) yang juga turut diceritakan dalam Persepolis, sekarang tinggal di Paris. Bukunya yang berjudul Persepolis mendapat pujian, dan menjadi New York Times Notable Book  dan dijadikan film oleh Sony Picture yang kemudian menjadi kontroversi karena dilarang  di Iran.

Buku yang sangat layak dikoleksi...sayang...hiks...buku yang hanya tinggal satu-satunya di Gramedia BSM ini sudah "mrutul" semua, alias lepas-lepas jilidnya...tapi mau minta ganti...gak ada lagi gantinya karena stoknya sudah habis



Kamis, 28 Agustus 2008

Kencan Bersama Matahati


ah...2 ibu keren dan 1 calon ibu yang berpose bersama Hermawan Aksan

Tiba-tiba dua hari yang lalu saya dapet sms dari Rahib Jaya yang mengutus untuk hadir di acara Temu Pereview Buku bersama Penerbit Matahati yang diadakan di Bale Pustaka jalan Jawa no. 6 pukul 10 hari ini sebagai wakil Kubugil. Sempat heran...bukankah ada Kubugil lain di Bandung? Oh...aku lupa...ternyata newly wed Kubugil sedang berbulan madu di Bali, sedangkan  kubugil satunya, teman si newly wed juga berencana merecoki bulan madu mereka, pantasss

Kasak-kusuk...ternyata Rahib mengutus diriku dan ibu Echy (oh...kami memang ibu-ibu kereeen).

Setelah bersusah payah mencari parkiran, akhirnya kami tiba di Bale Pustaka...bukan Balai Pustaka ya....ini nama Perpustakaannya Pastoral (ada di kompleks pastoral di jalan jawa, belakang katedral). Umum juga boleh jadi anggota, hmm...baru tau...hihi...padahal sering bolak balik ke situ. Natnat ternyata turut bergabung bersama.

Ternyata hadir juga Hermawan Aksan, penulis Niskala. hihi...Natnat segera menyerbu minta tanda tangan dan foto bersama, sementara kami berdua melirik sebal karena buku Niskala kami tersimpan manis di rumah masing-masing...uh...Natnat meni gak bilang-bilang.

Diskusi yang digelar adalah mengenai masalah review mereview, seperti faktor apa yang jadi penentu kami mereview suatu buku, tentang buku apa yang dianggap sebagai "buku bagus", juga faktor apa yang menentukan keputusan untuk membeli sebuah buku.

Oh ya...lupa...hadir sebagai wakil dari matahati (selain Natnat tentunya) adalah Mas Haikal (hihi...yang sering-sering di sebut sama Natnat ituuu), sementara panitia penyelenggaranya adalah Deny dari Bale Pustaka (hihi...ternyata dia teman lama dari lawang buku, kata Deny, pantes asa-asa kenal, oh...Bandung emang sempiiit) dan mas Anwar, pereview buku.

Di akhir diskusi, kami diperkenankan memilih buku untuk dibuntelkan (katanya 10 ya, Nat) tapi akan dikirim ke rumah, karena repot katanya kalo bawa-bawa buntelan dari jakarta ke bandung banyak-banyak.

Menyenangkan...pertemuan pertama saya dengan para pereview....yang pasti mereka pasti heran....tukang kue kok ikut-ikutan jadi pereview..

Terima kasih Mata hati....terima kasih Kubugil....

Hmmm....enaknya pilih buku apa ya? Pulangnya mampir ke The Kiosk yang ada di atas Pizza Hut Dago. Ternyata menu kami seragam, Iga Bakar Jangkung cabang Jl. Cipaganti...slrup...uenak banget deh
 

Rabu, 27 Agustus 2008

Akan Hiatus menggantikan Echy

Heuheu..setelah ibu ini hiatus...maka, bulan besok giliran aku ya....
Aku akan puasa beli buku, puasa baca buku juga (kecuali berusaha menamatkan Al Quran), dan sibuk memanggang kue tentunya.

So...selamat menunaikan ibadah puasa, mohon maaf lahir batin.

DP dan JP

Hihi...sementara Papah dan Bluedrag sibuk dengan DP dan JPnya....maka...ibutio dan smartie juga ikutan heboh demam DP dan JP.

Ah...DP itu memang obat pelipur lara bangeeet....bikin tidur lebih lelap....apalagi kalo suntuk
Sementara JP....bikin apa ya...bikin serotonin otak meletup-letup deh....hihihi....gak ngerti kan?

Yah...begitu deh...*sibuk hunting DP lagi*



Sabtu, 16 Agustus 2008

Twilight

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Stephenie Meyer
Alih Bahasa: Lily Devita Sari
Editor : Rosi L. Simamora
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama 2008

Saya memilih buku ini, karena masuk di daftar buku laris, tanpa pernah membaca sinopsis atau sejenisnya....dan ternyata setelah selesai membacanya...oh...tidak menyesal saya memasukkannya dalam wishlist


Berkisah tentang seorang gadis remaja, Isabella Swan yang baru pindah dari Phoenix yang ramai ke kota Forks yang kecil dan suram. Bukan hanya harus menyesuaikan dengan cuaca dan kehidupan kota yang baru, Bella juga harus beradaptasi tinggal dengan ayah kandungnya yang bertahun-tahun biasa tinggal sendirian.

Hari-hari pertamanya di sekolah baru, seperti biasa, kurang menyenangkan, meskipun akhirnya Bella mendapatkan beberapa teman baru, Mike, Eric dan Jessica, karena sebagai putri kepala Polisi Swan, nama Bella cukup dikenal

Saat makan siang di kantin, tiba-tiba, Bella bersirobok pandang dengan Edward Cullen, satu dari 5 orang keluarga Cullen, keluarga yang dianggap aneh karena kemana-mana mereka selalu bersama.

Sejak saat itu Bella diam-diam selalu mencuri pandang mengamati keluarga Cullen yang misterius itu. Mereka tampan, cantik dan kaya, menarik perhatian seisi sekolah...tapi...ada yang aneh dengan mereka, karena mereka tidak berinteraksi layaknya remaja normal di sekolah menengah.

Akhirnya, Edward menyapanya di kelas Biologi. Untuk pertama kalinya, mereka berkenalan dan saling bertukar sapa. Edward memang betul-betul memikat.

Saat Edward menyelamatkan Bella dari tabrakan mobil yang dikendarai oleh Tyler Crowley, Bella semakin yakin, ada yang aneh dengan Edward....dia bisa bergerak sangat cepat dan sangat kuat, yang pasti sejak malam itu Bella selalu memimpikan Edward.

Dari perbincangan dengan Jacob Black dan kejadian lain yang membuat Edward lagi-lagi harus menyelamatkan Bella, Bella semakin yakin bahwa Edward adalah seorang vampir dan Bella mencintai Edward seperti kutipan di belakang buku "cintaku padanya teramat dalam dan tanpa syarat". Sementara Edward, yang sudah hidup hampir 100 tahun, baru kali ini mengalami jatuh cinta yang sesungguhnya yang membuatnya harus berkorban, karena harus rajin "berburu" agar selalu "kenyang" saat bersama Bella. Sejak saat itu mereka hampir tak pernah terpisahkan.

Sebuah kisah cinta yang sangat unik. Meskipun tebalnya hampir 3 kali lipat dari buku remaja yang pada umumnya didominasi oleh teenlit, dijamin Twilight akan membuat ketagihan, tak terasa, 518 halaman, dilalap habis dalam sekejap.

Bagi saya, sebagai penggemar cerita fantasi, membaca Twilight sama menariknya dengan membaca Harry Potter. Jika J.K Rowling telah menyihir jutaan pembacanya, Stephenie Meyer pun telah "meracuni" pembacanya dengan ramuan cinta terlarang dua makhluk berbeda ini.

Salah satu yang menarik dari buku ini, meskipun sudah banyak novel yang bercerita tentang vampir, justru disini diceritakan kisah vampir yang agak berbeda dari mitos-mitos yang kerap dimunculkan di dalam cerita lain, misalnya vampir di sini tidak takut pada salib (di rumah keluarga Cullen dipasang salib besar peninggalan ayah Dr. Cullen) atau Vampir tidak tidur di dalam peti mati ( Keluarga Cullen tidak pernah tidur!).

Saya juga suka pada alur ceritanya yang selalu dibuat emosi pembacanya naik dan turun...saat Bella mulai bahagia....selalu ada yang membuatnya sedih...

Seperti saat Bella berkenalan dengan keluarga Cullen : Carlisle, Esme, Emmett, Rosalie, Jasper dan Alice (mereka bisa hidup di lingkungan manusia normal karena mereka mengganti diet mereka dengan menghisap darah hewan), semua keluarga Cullen (kecuali Rosalie, meskipun akhirnya setuju juga) mendukung percintaan mereka, terutama Alice dan Esme. Saat mulai diterima di keluarga Cullen, dan mulai masuk ke kehidupan mereka, tiba-tiba kebahagiaan itu lenyap saat muncul 3 vampir lain yang kebetulan lewat dan tertarik untuk berkunjung ke acara permainan baseball keluarga Cullen.

Ketiga vampir ini jelas bukan penghisap darah hewan, sehingga aroma Bella sangat menarik bagi mereka. Mulailah terjadi sedikit ketegangan saat James bermaksud memburu Bella, dan lagi-lagi Edward menyelamatkan Bella. Di saat genting, karena James berhasil menggigit Bella, Edward harus mengambil keputusan, apakah membiarkan Bella berubah menjadi vampir atau tetap menjadi manusia biasa. Cinta memang buta...cinta memang penuh pengorbanan....tapi cinta juga penuh kekuatan

Jadi...secara keseluruhan, saya suka buku ini. Alur ceritanya sederhana, yang pasti tidak perlu mengernyitkan kening untuk membacanya, ya...hampir mirip dengn kisah-kisah cinta di novel Harlequin yang ringan dan romantis, hanya bedanya, buku ini tebalnya 518 halaman.

Twilight juga telah difilmkan dan akan diputar bulan Desember mendatang, tapi...entahlah...apakah akan seindah kisah cinta di bukunya?

Yang pasti...saat membaca buku ini, mengingatkan saya pada saat jatuh cinta belasan tahun yang lalu

Kelanjutan kisah Bella, New Moon, atau diterjemahkan oleh GPU menjadi Dua Cinta juga sudah ada di tangan....siap-siap lanjut...





Rabu, 06 Agustus 2008

Menang...

Ceritanya ikutan baca bareng Kubugil. Review perdana nih.
Tau-tau dapet email dari Mbak Hetih

Dear Mbak Susi,

Selamat Anda jadi pemenang review Rara Mendut ini.
Untuk hadiah paket buku sebesar Rp.130.000,-, silakan kirim e-mail buku-buku
terbitan GPU apa saja yang diidamkan oleh Mbak Susi (jumlah dan jenis
bukunya terserah Mbak Susi selama total harganya masih Rp.130.000,-).
Kutunggu ya, Mbak.

salam,
Hetih

dan... inilah buku yang aku pilih

bukunya Stephenie Meyer, Twilight; Imperium, dan The Firework Maker's Daughter
akhirnya tiba dengan selamat setelah nyasar ke rumah nyi Romlah di sukajadi sana.

Terima kasih mbak Hetih...terima kasih GPU...yang sering ya...

Rara Mendut, Sebuah Trilogi

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Y.B. Mangunwijaya
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008
Tebal 799 halaman

Sebuah kisah rakyat yang dikembangkan dari Babad Tanah Jawi dan berbagai sumber oleh Y. B. Mangunwijaya atau biasa kita kenal dengan sebutan Romo Mangun.

Novel sejarah bersetting era Sultan Agung (abad XVII), terbit pertama kali tahun 1982 sebagai cerita bersambung di harian Kompas, bahkan sempat difilmkan tahun 1983.

Buku Pertama : Mendut, gadis molek dari pantai dari kampung nelayan Teluk Cikal, suatu hari mendapat kehormatan untuk menjadi selir Adipati Pragola, penguasa Kadipaten Pati.  Sebagai calon selir, Rara Mendut berada dibawah asuhan seorang dayang “senior”  Ni Semangka yang dibantu oleh seorang dayang muda, Genduk Duku, yang pandai berkuda (ibunya berasal dari Pulau Bima yang memang terkenal dengan kuda-kuda terbaiknya).

Belumlah sempat Rara Mendut menjadi Garwa Adipati Pragola, pihak Mataram yang dipimpin oleh Tumenggung  Wiraguna telah menyerang Pati. Rara Mendut dan seisi keputren diboyong ke ibukota Mataran sebagai budak rampasan perang. Kemolekan Mendut, membuat Tumenggung Wiraguna mabuk kepayang, dan menginginkan Rara Mendut sebagai selirnya.

Sikap Mendut yang pembangkang dan berkeras menolak menjadi selirnya membuat Wiraguna murka.  Mendut diwajibkan membayar pajak. Mendut memilih membayar pajak ketimbang harus menjadi selir Wiraguna. Untuk membayar pajak, Rara Mendut dibantu 2 dayang setianya, kemudian berdagang rokok di pasar. Bukan sekedar rokok, tapi lebih tepatnya puntung rokok bekas isapan Den Rara Mendut yang ayu, yang kemudian laku keras di pasar. Rara Mendut dipertemukan kembali dengan Pranacitra, putra seorang saudagar kaya raya, Nyai Singabarong, yang kerap memandanginya di pantai Teluk Cikal.

Dengan dibantu Putri Arumardi, salah seorang selir Wiraguna, Rara Mendut dan Pranacitra dapat lari dari Mataram. Kisah cinta Rara Mendut dan Pranacitra pun tercium pula oleh Nyai Ajeng, garwa padmi Adipati Wiraguna, yang belakangan jatuh iba, dan turut membantu pelarian mereka. Sayangnya, Wiraguna berhasil menemukan mereka, dan Rara Mendut, Harimau betina dari padang ilalang pantai utara beserta kekasihnya Pranacitra memilih mati diujung keris sang Tumenggung.

Buku Kedua: Genduk Duku, dayang kesayangan Rara Mendut, harus lari dan bersembunyi dari kejaran pasukan Wiraguna.  Dibawah lindungan Bendara Pahitmadu, kakak dari Wiraguna, Genduk Duku turut bersama 2 penawal Pranacitra kembali ke tanah kelahiran Pranacitra di Pekalongan.  Selain bertemu dengan ibunda Pranacitra, Genduk Duku juga bertemu dengan kekasih hatinya, Mas Slamet, teman nelayan den Raranya di Teluk Cikal.

Mesku telah menikah, Genduk duku kerap mendapat godaan dari banyak lelaki berkuasa. Dari mulai seorang Warok, hingga Raden Mas Jibus alias Pangeran Aria Mataran sang Putera Mahkota menginginkan tubuhnya. Dengan segala kepandaiannya, Genduk Duku berhasil “mengusir” para lelaki “iseng” tersebut. Ternyata keplayboyan Raden Mas Jibus tidak berhenti pada seorang Genduk Duku, Sang Putra Mahkota ternyata juga mengincar Putri Tejarukmi,  seorang selir muda belia Tumenggung Wiraguna, “musuh “ lama Genduk Duku. Kembali Genduk Duku berduka, karena kehilangan kekasih hatinya, ditangan orang yang sama dengan pembunuh kakak sekaligus sahabatnya, Rara Mendut.

Buku ketiga: Lusi Lindri, perawan cantik putri Genduk Duku, sudah pasti gemar naik kuda seperti ibunya. Tumbuh besar di puri Tumenggung Singaranu. Suatu hari Kanjeng Ratu Mataram, berkenan memilih Lusi untuk menjadi Trinisat Kenya, pengawal elite Raja Mataram.

Lusi Lindri mulai mengenal dunia telik sandi alias mata-mata, dan menjadi mata-mata yang dipercaya oleh Ratu. Lusi juga mulai mengenal cinta, kepada Hans, putra seorang Belanda, tawanan Mataram dan akhirnya jatuh ke pelukan Peparing, seorang pimpinan pemberontak, duda satu anak. 

Reviewnya nih…

Secara keseluruhan, ceritanya kereeen banget. Girls Power. Ya….kisah Rara Mendut bercerita tentang perjalanan hidup 3 perempuan hebat di masa itu, di masa ketika perempuan tidak ubahnya hanya dianggap sebagai barang yang hanya bisa dimiliki, dipajang, dipakai bahkan dibagikan.  Rara Mendut, Genduk Duku, Lusi Lindri, berani mempertahankan prinsip mereka, biarpun harus merelakan kehilangan kesenangan , kenyaman bahkan orang yang sangat mereka cintai. Mereka juga cerdas dan penuh perhitungan dalam melakukan segala hal, contohnya ketika Rara Mendut dipaksa membayar pajak, atau ketika Genduk Duku memberi pelajaran kepada lelaki yang menggodanya, atau ketika Lusi Lindri harus melindungi kekasih hatinya.

Sementara kaum lelaki di sini justru dikisahkan sebagai kaum yang lemah, karena hanya akibat satu perempuan, mereka sampai tidak bisa makan dan tidur, akibat nafsu mereka untuk menguasai  seorang perempuan tidak terlaksana, padahal di medan peperangan , mereka adalah prajurit yang gagah berani.

Rama Mangun menceritakan kisah penuh intrik ini dengan ringan diselingi humor-humor segar, meskipun kadang harus berkonsentrasi penuh saat membaca syair-syair petuah yang kebanyakan ditulis dalam bahasa Jawa, dan cepat-cepat mencari terjemahannya di catatan kaki. Salut juga pada Rama Mangun yang sebagai seorang lelaki tapi piawai menuliskan tentang perasaan perempuan dalam kisah ini. Meski ada tokoh lelaki “brengsek” , Rama Mangun juga memasukkan tokoh lelaki baik tapi “sableng” seperti  Pangeran Selarong yang menjadi “penyegar”  setelah membaca berlembar-lembar halaman buku ini.

Bukunya yang setebal bantal (799 halaman) memang sempat membuat frustasi, tapi cerita yang disajikan ternyata tidaklah seberat bukunya. Footnote yang untuk sebagian orang dianggap terlalu banyak dan mengganggu, bagi saya pribadi cukup membantu karena repot juga jika harus membolak-balik glossary, yang biasanya disimpan di bagian belakang buku.  

Selain sebagai kolumnis, Romo Mangun juga sempat menjadi Dosen Sejarah Kebudayaan Arsitektur di Universitas Gajah Mada. Hasil karyanya telah terpilih dalam Sayembara “Kincir Emas” yang diselenggarakan Radio Nederland,  cerpen “Mbak Pung” hasil karyanya, menjadi pemenang kedua dalam lomba cerpen majalah Kartini tahun 1981. Romo Mangun meninggal dunia tahun 2000, dimakamkan di Kentungan Yogya karta.